Senin, 09 April 2012

Kesenian Dongkrek Madiun




Seni dongkrek lahir sekitar tahun 1867 di Kecamatan Caruban yang saat ini namanya berganti menjadi Kecamatan Mejayan, kabupaten Madiun. Kesenian itu lahir di masa kepemimpinan Raden Ngabehi Lo Prawirodipuro yang menjadi demang (jabatan setingkat kepala desa) yang membawahi lima desa.

Kesenian dongkrek hanya mengalami masa kejayaan antara 1867 - 1902. Setelah itu, perkembangannya mengalami pasang surut seiring pergantian kondisi politik di Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda, kesenian dongkrek sempat dilarang oleh pemerintahan Belanda untuk dipertontonkan dan dijadikan pertunjukan kesenian rakyat. Saat masa kejayaan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun, kesenian ini dikesankan sebagai kesenian genjer-genjer yang dikembangkan PKI untuk memperdaya masyarakat umum. Sehingga kesenian dongkrek mengalami masa pasang surut akibat imbas politik.

Konon rakyat desa Mejayan terkena wabah penyakit, ketika siang sakit sore hari meninggal dunia atau pagi sakit malam hari meninggal dunia, dalam kesedihannya, Raden Prawirodipuro sebagai pemimpin rakyat Mejayan mencoba merenungkan metode atau solusi penyelesaian atas wabah penyakit yang menimpa rakyatnya. Renungan, meditasi dan bertapa di wilayah gunung kidul Caruban. Ia mendapatkan wangsit untuk membuat semacam tarian atau kesenian yang bisa mengusir balak tersebut.
Dalam cerita tersebut wangsit menggambarkan para punggawa kerajaan roh halus atau pasukan gondoruwo menyerang penduduk mejayan dapat diusir dengan menggiring mereka keluar dari desa mejayan, maka dibuatlah semacam kesenian yang melukiskanfragmentasi pengusiran roh halus yang membawa pagelebuk tersebut.

Komposisi para pemain fragmen satu babak pengusiran roh halus tersebut terdiri dari barisan buto kolo, orang tua sakti dan kedua perempuan tua separuh baya. Para perempuan yang disimbulkan posisi lemah sedang dikepung oleh para pasukan buto kala dan ingin mematikan perempuan tersebut, maka muncullah sesosok lelaki tua dengan tongkatnya mengusir para barisan roh halus tersebut untuk menjauh dari para perempuan tersebut.
Selanjutnya, melalui peperangan yang cukup sengit, pertarungan antar rombongan buto kolo dengan orang tua sakti, dan dimenangkan oleh orang tua tersebut. Pada episode selanjutnya, orang tua tersebut dapat menyelamatkan kedua perempuan dari ancaman para buto kolo tersebut dan rombongan buto kolo itu mengikuti dan patuh terhadap kehendak orang tua sakti tersebut, kemudian orang tua yang didampingi dua perempuan itu menggiring pasukan buto kolo keluar dari desa mejayan sehingga sirnalah pagebluk yang menyerang rakyat desa mejayan selama ini dan tradisi ini menjadi ciri kebudayaan masyarakat caruban, dengan sebutan Dongkrek.

Masyarakat pada waktu itu mendengar musik dari kesenian dongkrek ini yang berupa bunyian ‘dung’ berasal dari beduk atau kendang dan ‘krek’ ini dan alat musik yang disebut korek. Alat korek ini berupa kayu berbentuk bujur sangkar, di satu ujungnya ada tangkai kayu bergerigi yang saat digesek berbunyi krek. Dari bunyi dung pada kendang dan krek pada korek itulah muncul nama kesenian Dongkrek.Dalam perkembangannya digunakan pula komponen alat musik lainnya berupa gong, kenung, kentongan, kendang dan gong berry sebagai perpaduan antar budaya yang dialiri kebudayaan Islam, kebudayaan cina dan kebudayaan masyarakat jawa pada umumnya.
Dalam tiap pementasan dongkrek, ada tiga topeng yang digunakan para penari. Ada topeng raksasa atau ‘buto’ dalam bahasa Jawa dengan muka yang seram. Ada topeng perempuan yang sedang mengunyah kapur sirih serta topeng orang tua lambang kebajikan. Dan kalau ditarik kesimpulan, maksud jahat akhirnya akan lebur juga dengan kebakan dan kebenaran sesuai dengan sesanti atau moto surodiro joyoningrat, ngasto tekad darmastuti. Dalam islam istilahnya, Ja’al haq wa zahaqal bathil. Innal Bathila kaana zahuqa.



Wisata Mangrove




Di awal tahun 2010, tepatnya 1 Januari 2010 pukul 8.30 wib, Walikota Surabaya Bambang DH melepaskan balon secara simbolis sebagai launching “Wisata Anyar Mangrove” di wilayah gunung anyar. Pelepasan balon ke udara yang bertulisan “Wisata Anyar Mangrove dari Gunung Anyar untuk Surabaya” ini disaksikan pula oleh Yusak Anshori (kepala Surabaya Tourism Board), Camat Gunung Anyar Kanti Budiarti, Lurah Gunung Anyar Tambak Jailani, pakar tata kota Johan Silas dan Firman Arifin, Ketua RW VII Gunung Anyar Tambak, mewakili warganya yang menggagas acara ini.
Dalam sambutannya, Firman Arifin yang berprofesi sebagai dosen di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS ITS) ini, menyampaikan bahwa ide atau gagasan dari warganya datang secara spontanitas. Dari ide dadakan ini panitia hanya punya waktu dua pekanan untuk merealisasikannya.
“Sebelumnya tidak ada rencana ntuk mengundang walikota. Tapi begitu proposal masuk ke kelurahan dan kecamatan, respon pemerintah sangat mengapresiasi ide dari warga perumahan wisma indah dua dan tirta agung. Bahkan kecamatan mensupport kami untuk mengundang walikota. Alhamdulillah akhirnya bapak walikota bersedia hadir”, ujar Firman.
Ada beberapa masukan dari penggagas “Wisata Anyar Mangrove” agar kedepan bisa menjadi alternative wisata di Surabaya. Pertama, pengerukan dasar sungai kebong agung. Karena dengan kondisi sekarang ini, kalau kondisi sungai yang berhubungan langsung dengan laut ini sedang surut, maka perahu untuk membawa para wisatawan ke tempat wisata agak terhambat.
Kedua, pembenahan dermaga. Dermaga yang ada sekarang masih terlalu sempit dan hanya ada satu saja. Dengan bertambahkan para wisatawan, agar bisa melayani dengan baik dan cepat, mau tidak mau memang perlu dibenahi.
Ketiga, bantuan perahu untuk wisata bahari. Selama ini, kebanyakan pengunjung menggunakan perahu-perahu milik nelayan untuk mencapai area mangrove dengan kondisi perahu “seadanya”. Dengan desain dan bahan yang tepat, perahu wisata ini diharapkan wisatawan lebih bisa menikmati berbagai spesies flora dan fauna, seperti burung, monyet ekor panjang dan lainnya.
Sampai hari kedua sejak dibukanya Wisata Anyar Mangrove (WAM) yang berada sekitar 2 KM ke arah timur kampus UPN ini, bukan hanya pengunjung yang berasal dari daerah gunung anyar atau rungkut saja. “Hampir dari seluruh warga kota Surabaya sudah menikmati wisata anyar mangrove”.

Minggu, 08 April 2012

Pemancingan Kalanganyar Sedati Sidoarjo

Pemancingan Kalanganyar Sedati Sidoarjo






Kalanganyar adalah sebuah desa yang luas wilayahnya 2/3 terdiri dari tambak dan masuk di Kecamatan Sedati yang menghasilkan komoditi bandeng, udang windu dan terasi, krupuk & olahan ikan bandeng. Kalanganyar meruapakan desa yang agamis, religius dan saat ini dalam rangka tahap membangun. Baik sektor pendidikan, perdagangan, kesehatan dan sektor infrasturktur pariwisata pemancingan yang mana hal itu telah berkembang pesat dan sudah terkenal di seluruh wilayah Kab. Sidoarjo.
Desa Kalanganyar Kec. Sedati memiliki potensi wisata kolam pancing paling diminati oleh seluruh warga Sidoarjo bahkan dari luar daerah, ternyata hingga saat ini belum mendapatkan perhatian penuh dari pihak Pemkab Sidoarjo. Padahal, selain kolam pancing yang saat ini sudah marak, ikan bandeng Kalanganyar termasuk yang paling gurih dan paling enak di antara olahan ikan bandeng di seluruh wilayah Sidoarjo.
Umumnya penikmat bandeng tidak menyukai bandeng yang dihasilkan dari pertambakan air payau di Gresik atau Lamongan, Karena memiliki aroma pasir dan tidak menyeruak gurihnya. Namun ikan bandeng di Desa Kalanganyar ini ternyata mampu menghasilkan bandeng-bandeng dengan cita rasa gurih dan lezat. Untuk kolam pancing, Desa Kalanganyar kini menjadi salah satu pusat kolam pancing ternama di Wilayah Kec. Sedati Sidoarjo Jawa Timur.
Meskipun tanpa dipoles dengan infrastruktur yang memadai, kawasan tambak ini mampu menyedot masyarakat Surabaya, Sidoarjo, Gedangan, Waru dan sekitarnya. Bahkan pada hari Minggu, kawasan ini mampu menyedot ribuan penghobi mancing. “Tempatnya santai, bisa untuk menyalurkan hobi mancing dan sekalian kencan dengan keluarga,” ujar Huda, warga Jl Gresikan, Surabaya. Diakui ataupun tidak, wisata Kabupaten Sidoarjo bergerak pelan, hal ini cukup tertolong dengan kawasan pancing Desa Kalanganyar.Setidaknya dengan banyaknya pendirian kolam pancing di kawasan ini, hal ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata tidak hanya menyuguhkan keindahan alam saja, namun hamparan tambak dapat disulap menjadi obyek wisata alam yang cukup handal. Saat ini pemerintah Provinsi Jawa Timur telah memberikan perhatiannya kepada Pemdes Kalanganyar berupa hibah dana pavingisasi yang mana hal itu diletakkan di jalan menuju tambak yang terbentang dari ngemplak menuju ke tambak kali prapat yang panjang pavingisasi sejauh 4 km lebih. Hal itu sangat membantu bagi warga desa.

Sabtu, 07 April 2012

Pesona Alam Indonesia


Indonesia terdiri dari 17.000 pulau baik yang berpenghuni maupun tanpa penghuni, memiliki deretan gunung berapi yang membentang dari ujung Sumatera, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Beberapa flora dan fauna hanya hidup di pulau-pulau tertentu, seperti Beruang Madu, Harimau, Gajah, Badak, Orangutan di Sumatera, Komodo di P. Komodo, Anoa di Sulawesi, Bekantan di Kalimantan, serta Aneka burung di Irian Jaya. 
Pulau Bali konon terbentuk dari letusan gunung-gunung berapi yang membentuk daratan dengan Gunung Agung sebagai puncak tertingginya. Gunung yang dikeramatkan ini sudah banyak menelan korban jiwa, karena memang kondisi di sekitar puncak sangat berbahaya bila cuaca sedang buruk. Gunung ini masih aktif, letusan terakhir tahun 60-an menelan korban yang sangat banyak. Gempa yang diakibatkan oleh aktifitas vulkanik juga pernah terjadi beberapa kali.

Sumatra supports a wide range of vegetation types which are home to a rich variety of species, including 17 endemic genera of plants. Unique species include the Sumatran Pine which dominates the Sumatran tropical pine forests of the higher mountainsides in the north of the island and rainforest plants such as Rafflesia arnoldii (the world's largest individual flower), and the titan arum (the world's largest unbranched inflorescence). The island is home to 201 mammal species and 580 bird species. There are 9 endemic mammal species on mainland Sumatra and 14 more endemic to the nearby Mentawai Islands.
The species present include: Sumatran Tiger, Sumatran Orangutan, Sumatran Rhinoceros, Sumatran Elephant, Sumatran Striped Rabbit, Dhole, Dayak Fruit Bat, Malayan Tapir, Malayan Sun Bear and the Bornean Clouded Leopard. The island has lost 48% of its natural forest cover since 1985, and many of the remaining species are endangered. The Sumatran Tiger, Sumatran Rhino, and Sumatran Orangutan are all Critically Endangered, indicating that the highest level of threat to their survival. In October 2008, the Indonesian government announced a plan to protect Sumatra's remaining forests.
However, the construction of illegal roads through prime tiger habitat has continued since then by companies led by Asia Pulp & Paper, the pulp and paper company well known for illegal logging and breaching environmental law. The island includes more than 10 National Parks, including 3 which are listed as the Tropical Rainforest Heritage of Sumatra World Heritage Site—Gunung Leuser National Park, Kerinci Seblat National Park and Bukit Barisan Selatan National Park. The Berbak National Park is one of three National Parks in Indonesia listed as a wetland of international importance under the Ramsar Convention.

Bhagawad Gita (IX) Misteri Nan Agung


Bhagawad Gita (IX) Misteri Nan Agung


                 

Bersabdalah Yang Maha Pengasih:
1. Kepadamu, yang tak memiliki berbagai keinginan, akanKu sabdakan rahasia yang paling dalam ini, gnana dengan vignana yang tergabung (pengetahuan tentang Nirguna Brahman — Yang Maha Gaib, digabung dengan pengetahuan tentang Cinta-Kasih nan Suci dari Sakara Brahman – manifestasiNya Yang Abadi). Mengetahui ini, engkau akan lepas dari dosa-dosa (keterikatan sansara).

Di bab ini Sang Kreshna menyabdakan tentang rahasia sejati, rahasia yang paling misterius dan suci dari Yang Maha Gaib. Arjuna dipercayai untuk mendapatkan ajaran ini karena Arjuna tidak mempunyai keinginan atau nafsu-nafsu yang negatif dalam dedikasinya terhadap Sang Kreshna. la tak membantah ajaran-ajaran Sang Kreshna selama ini, tetapi selalu ingin lebih tahu lagi dariNya. Hati Arjuna ibarat hati seorang murid yang tulus dan penuh pengabdian. Dalam bab kedelapan-belas Bhagavat Gita yang menyusul nanti, akan kita pelajari bahwa ajaran Sang Kreshna ini tidak boleh diajarkan kepada orang-orang yang hanya ingin membantah ajaran-ajaranNya. Kebenaran Bhagavat Gita hanya untuk mereka-mereka yang berdedikasi tanpa pamrih kepadaNya semata.
Memang Arjuna banyak sekali bertanya, tetapi pertanyaan-pertanyaannya malahan mencerminkan keinginannya untuk mempelajari dan menghayati ajaran-ajaran Sang Kreshna lebih dalam lagi. Sang Kreshna pun dengan senang hati dan penuh kasih mengajarkan ajaranNya lebih lanjut, karena Arjuna dianggapNya penuh dengan bhakti yang tulus terhadap Yang Maha Esa. Seharusnya seorang murid yang baik selalu bertanya kepada guru spiritualnya dan seorang guru yang baik seharusnya bertindak seperti Sang Kreshna dengan tidak segan-segan menuntun seseorang ke jalan yang benar dan sejati. Ajaran apakah yang maha sejati dan rahasia ini, yang disebut sebagai gabungan dari kehadiran Sang Maha Gaib dan Cinta-Kasih SuciNya, yang juga menurut Sang Kreshna adalah gabungan antara gnana dan vignana. Apakah itu gnana, dan apakah itu vignana? Dan apakah perbedaan antara keduanya?
Gnana adalah ilmu pengetahuan tentang Nirguna-Brahman, yaitu tentang Yang Maha Gaib, tetapi dalam kegaibanNya la adalah realitas yang absolut. Suatu realitas yang tak dapat ditentang kehadiranNya, walau tak diketahui bentukNya yang nyata, karena tak mungkin kita mengungkapkanNya secara harafia apa Ia itu sebenamya, dan tak mungkin pikiran kita mampu menjangkau atau menafsirkanNya, atau bahkan menerangkan secara pasti dan konkrit apakah Ia sesungguhnya. Suatu hal yang pasti adalah Ia itu yang Ada dan Hadir dan ini benar-benar realistis. la adalah realita yang abadi dan absolut tanpa bisa ditawar-tawar lagi KehadiranNya. Mayoritas manusia berpikir bahkan mengangan-angankan Seorang Tuhan yang berbentuk (Sakara Brahman). Vignana adalah ilmu pengetahuan atau pemujaan akan Sakara Brahman. Menurut Dattatrya, seorang resi agung di masa yang silam, pemujaan terhadap Nirguna Brahman hanya dapat dilakukan oleh mereka-mereka yang asarira (tak berbadan). Yang dimaksud di sini bukan makhluk-makhluk halus tetapi adalah kiasan dari seseorang yang sudah tak terikat pada dvandvas, yaitu nafsu atau sifat dualisme yang bertentangan. Seseorang yang telah mengatasi semua keinginan dan nafsu-nafsunya, yang telah berada di atas rasa suka dan duka, walaupun dibakar hidup-hidup tak akan merasakan apa-apa lagi. Mayoritas manusia tidak bisa mencapai kesadaran Ilahi seperti ini, dan memujaNya dalam bentuk Sakara Brahman, yaitu Tuhan Yang Berbentuk, seperti pemujaan pada Sang Kreshna, Vishnu, Shiva, dan sebagainya.
Sang Kreshna sendiri disebut juga sebagai Purusha Uttama dan DiriNya adalah manifestasi dari Yang Maha Esa (Nirguna Brahman). Jadi gnana adalah pemujaan kepada Yang Maha Esa Yang Tidak Berbentuk sedangkan vignana adalah pemujaan kepadaNya dalam bentuk-bentuk manifestasiNya, seperti Sang Kreshna, Sang Rama, dan lain sebagainya. Yang pertama ini lebih sukar untuk rata-rata manusia sepert kita ini, Yang kedua karena berbentuk manusia maka lebih mudah bagi kita untuk memujaNya. Dalam manifestasiNya yang berbentuk maka bisa saja Yang Maha Esa dipuja dalam bentuk dewa-dewi, aspek-aspek alam seperti sang surya, rembulan, sungai, sapi atau bentuk-bentuk kosmos lainnya. Bisa juga la dipuja sebagai seorang guru, pahlawan, pendeta-suci, resi, dan simbol-simbol yang dianggap suci. Atau la dipuja dan dihayati dalam bentuk orang-orang yang menderita dan bentuk fakir-miskin yang hina-papa. Contoh: ibu Theresia yang melihatNya dalam bentuk manusia-manusia yang sangat menderita di Calcutta dan di seluruh dunia. Pemenang hadiah Nobel untuk perdamaian in berbakti kepada Yang Maha Esa dalarn dedikasinya, tanpa pamrih untuk la semata. Kata-kata ibu Theresia yang pantas dicatat adalah: Berpikirlah akan apa yang sedang kau lakukan kepadaNya, Berpikirlah akan apa yang sedang kau lakukan untukNya, Berpikirlah akan apa yang sedang kau lakukan denganNya,
2. Raja-vidya (ilmu pengetahuan yang paling agung) ini, raja-guhyam (rahasia yang paling agung) menyucikan dan amat tinggi nilainya.
Dan ilmu ini bercahaya gemerlapan, harmonis dengan dharma (kewajiban); sangat mudah untuk dipergunakan dan tak dapat dibinasakan.
Ilmu ini disebut raja-vidya, karena tak dapat dipelajari di sekolah, tapi hanya dipelajari dan dihayati oleh mereka-mereka yang benar-benar terpilih untuk itu, yang ingin menguasai pikiran dan indra-indranya. Raja-vidya ini, kalau bukan diterangkan olehNya, tak mungkin kita ketahui sendiri dengan benar. Karena apakah Tuhan itu sebenarnya, hanya Ia Yang Maha Tahu. Yang kita ketahui hanyalah seperti yang diuraikan di sini sesuai dengan KasihNya pada Arjuna dan kita semuanya. Pada sloka di atas disebutkan bahwa raja-vidya ini menyucikan rasa dan pikiran kita (pavitram) dan juga amat berharga (uttaman = tinggi nilainya), karena dengan menghayati dan sadar akan arti ilmu ini, seseorang lalu tahu akan nilainya yang amat tinggi dan sebenarnya tak ternilai untuk ukuran duniawi ini yang serba materialistis.
Dikatakan juga di atas bahwa ilmu pengetahuan ini gemerlapan cahayanya (pratyakshavagamam) dengan kata lain, seseorang yang memujaNya dengan tulus akan diberkahi cahaya ilmu pengetahuan ini yang bersinar amat gemerlapan, dan juga ilmu ini harmonis atau sejalan dengan semua dharma-bhakti dan kewajiban kita kepadaNya dan masyarakat di sekitar dan di sekeliling kita, bahkan dikatakan harmonis dengan hukum kosmos yang berlaku. Ilmu pengetahuan ini juga mudah untuk diusahakan, dijalankan dan dilaksanakan. Ilmu ini mudah dipelajari karena bentuk ajarannya sebenarnya tidak memakan biaya mahal, dan mudah difahami. Juga menurut Sang Kreshna, ilmu ini tidak dapat binasa, habis atau surut, tetapi kebijaksanaan ini akan langgeng dan abadi. (Setelah beribu-ribu tahun Bhagavat Gita diturunkan di Kurukshetra maka sampai saat ini ajaran Bhagavat Gita masih relevan dan dianggap sebagai inti dari semua ajaran spiritual di dunia. Inilah salah satu bukti dari kata-kata Sang Kreshna di atas.)
3. Orang-orang yang tak beriman pada ilmu pengetahuan ini, oh Arjuna, tidak akan mencapai Aku, kembali ke jalan dunia yang binasa ini.
Ilmu pengetahuan atau kebijaksanaan ini membebaskan mereka-mereka yang beriman dari semua sifat-sifat prakriti dan kegelapan yang ditimbulkan oleh Sang Maya. Para yogi yang beriman ini tidak kembali lagi ke dunia yang penuh dengan ketidak-abadian ini, tetapi bersatu bersemayam di dalam Diri Yang Maha Esa untuk selama-lamanya. Yang jadi titik penting di sini adalah iman atau kepercayaan yang teguh dan tak tergoyahkan kepada Yang Maha Esa, dan ini harus tanpa pamrih sedikitpun. Tanpa iman semacam ini tak mungkin kita mencapaiNya.
4. OlehKu dalam bentukKu Yang Tak Nyata seluruh alam semesta ini tertunjang. Setiap makhluk berakar padaKu, tetapi Aku tak berakar pada mereka.
5. Dan (tetapi) sebenarnya semua makhluk tak berakar padaKu. Saksikanlah misteriKu Yang Suci. DiriKu menciptakan semuanya, menunjang semuanya, tetapi tidak berakar pada semuanya.
Sang Kreshna dalam bentuk aslinya, yaitu Sang Brahman adalah asal-mula dari semua makhluk dan seisi alam semesta ini, dengan kata lain semua ini berakar padaNya, tinggal di dalamNya, ditunjang olehNya dan terpelihara olehNya, tetapi la sendiri tak terpengaruh oleh semua ciptaanNya ini, karena Yang Maha Esa berada di atas semua ciptaan-ciptaanNya, di ataspralaya (kiamat), di atas alam semesta. Semua sebaliknya bersandar atau bertumpu padaNya, inilah yang dimaksud sebagai Misteri Yang Agung (Yogam-aishvaram) dari Yang Maha Esa. Tuhan Yang Maha Esa, Yang Maha Abadi adalah juga Sang Atman (Jati Diri Yang Sejati) yang secara universal menunjang seluruh alam semesta ini. Kita harus menyadari bahwa semua obyek dan unsur di alam semesta seperti dewa, manusia, makhluk, jin, tata-surya, tumbuh-tumbuhan, fauna, mineral, atom, elektron, ether, dan lain sebagainya adalah sebagian dari Yang Maha Suci ini. Semua yang kita dengar, lihat, rasa, adalah dariNya semata, dari Yang Maha Suci ini. Semua yang kita dengar, lihat atau rasa adalah dariNya semata, dari ide-ideNya dan gagasan-gagasanNya (sankalpa), dari yoga-mayaNya, dari ShaktiNya Yang Maha Suci. Seyogyanyalah alam semesta ini berharga dan tinggi nilainya karena berasal dariNya juga, maka seharusnya kita melestarikan semua ciptaan Yang Maha Esa ini. Semua berasal dariNya dan akan kembali kepadaNya.
6. Ibarat angin yang dahsyat, bergerak ke setiap arah, tetapi selalu berada di angkasa (akasha), begitupun ketahuilah olehmu, semua makhluk bersandar padaKu.
Angin selalu bergerak dan bertiup di angkasa, di langit dan di setiap spasi di bumi ini, tetapi selalu berada di situ-situ juga dan tidak pernah berupa angkasa atau langit atau spasi itu sendiri. Begitu juga halnya dengan semua ciptaanNya selalu di situ-situ juga, yaitu bersemayam di dalamNya tetapi tidak pernah mengikatNya. la yang menjadi sumber ciptaan dan kehidupan alam semesta ini dan bukan sebaliknya.
7. Pada penutupan setiap kalpa (umur dunia), oh Arjuna, semua makhluk kembali ke Sifat (Prakriti) Ku. Dan pada permulaan kalpa yang berikutnya, Ku kirim mereka kembali keluar.
8. Melalui PrakritiKu, Ku ciptakan berulang-ulang semua makhluk yang (amat besar jumlahnya ini), yang tak berdaya, karena berada di bawah kendali Sang Alam (Prakriti).
Semua makhluk datang dari Sang Maya, dari Sang Prakriti, pada saat diproyeksikan (evolusi) dan kembali ke Sang Prakriti lagi pada saat akhir setiap kalpa, dan keluar atau tercipta lagi selanjutnya pada penciptaan baru berikutnya, dan kembali lagi dan begitulah seterusnya. Semua ini adalah pekerjaan Sang MayaNya Sang Kreshna, Sang Brahman dalam bentuk asliNya. Semua terikat pada hukum alam yang diciptakanNya tetapi la sendiri tak pernah terikat pada semua itu.
9. Semua tindakan ini, oh Arjuna, tidak mengikatKu, karena Aku bersemayam jauh dari mereka (perbuatan ciptaan-ciptaan ini dan karma-karma mereka), tak terikat pada perbuatan-perbuatan ini.
10. Begitulah, diperintahkan olehKu, maka alam menciptakan semuanya, yang bergerak maupun yang tak bergerak, dan begitulah, oh Arjuna, dunia ini pun berputar.
Begitulah Yang Maha Esa menjadi sumber, pimpinan akan alam semesta ini, dan dengan perintahNya alam ini pun berputar sesuai dengan kehendakNya, tanpa Ia sendiri terlibat lagi dengan alam semesta ini dengan seluruh gerakan-gerakannya. Seluruh jajaran dewa-dewa agung seperti Vishnu, Shiva, Brahma dan lain sebagainya akan masuk kepralaya suatu saat nanti, tetapi Sang Kreshna (Sang Brahman) tak akan tersentuh oleh kejadian ini, karena Ia lah Yang Maha Mencipta dan Yang Maha Menghancurkan.
11. (Melihat Ku) dalam bentuk manusia, orang-orang yang bodoh tidak memperdulikanKu, (mereka) tak sadar akan SifatKu yang lebih tinggi, Yang memerintah sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala makhluk-makhlukNya.
Inilah salah satu rahasia abadi dari Yang Maha Esa. Dalam bentuk manifestasiNya sebagai manusia dari zaman ke zaman. la selalu tidak diacuhkan atau tidak diperdulikan oleh mereka-mereka yang tak beriman kepadaNya. Orang-orang bodoh atau yang tak sadar ini tidak mengetahui bahwa Yang Maha Pencipta ini sebenarnya adalah Yang Maha Kuasa dan memerintah atas segala makhluk-makhluk ciptaanNya, dan atas alam semesta beserta segala isinya. la adalah sesuatu Yang gaib, Yang tak nyata dan tak berbentuk, sesuatu kekuatan Yang amat dahsyat dan tak dapat dilukiskan atau diterangkan oleh manusia. Lalu timbul pertanyaan, mengapa manusia ini tersesat dan bodoh sehingga tidak sadar akan Yang Maha Esa dalam berbagai bentuk manifestasiNya? Karena nafsu, ego, dan kegelapan (boleh juga dikatakan “iblis”) yang bersarang di dalam hati mereka, karena ulah Sang Maya dan “permainannya,” sehingga mata-hati mereka tertutup untukNya.
12. Harapan-harapan mereka sia-sia saja, tindakan mereka pun sia-sia saja, ilmu pengetahuan mereka pun sia-sia saja. Jauh dari kesadaran, mereka mengambil sebagian dari sifat-sifat buruk iblis dan syaitan.
13. Tetapi jiwa-jiwa yang agung (paramahatma), oh Arjuna, yang mengambil sebagian dari sifat-sifatKu Yang Suci, memujaKu dengan iman yang teguh. Mereka sadar bahwa Aku adalah Yang Tak Terbinasakan, Asal dari segala makhluk.
Ada dua sifat atau prakriti di dunia ini, yaitu mohini-prakriti (sifat iblis) dan daivi-prakriti (sifat suci). Mereka-mereka yang memiliki sifat yang pertama akan menjalani hidup mereka penuh dengan nafsu, dosa, polusi, sesuai dengan sifat-sifat syaitan dan iblis. Sedangkan mereka-mereka yang mengambil sifat prakriti yang kedua akan berjalan sesuai dengan sifat-sifat Yang diturunkan oleh Yang Maha Esa. Dan mereka yang terakhir ini akan memujaNya secara tulus dan sadar, dan akhirnya terserap kedalamNya.
14. Mereka selalu mengagungkan Aku, sangat tegar dan tak kenal lelah dalam tekad mereka; mereka mendatangiKu, diri mereka selalu terkendali, mereka memujaKu dengan cinta-kasih yang penuh hormat.
15. Yang lain-lainnya pun, mengorbankan pengorbanan dalam bentuk kebijaksanaan, memujaKu, sebagai Yang Esa, sebagai Yang Jauh, dan Yang Banyak JumlahNya (karena mereka melihat Ku) hadir di mana-mana.
Mereka-mereka yang bijaksana dalam pemujaan mereka kepada Sang Kreshna Yang Maha Esa, mengorbankan pengorbanan dalam bentuk gnana (ilmu pengetahuan), mereka ini melakukan gnana-yagna. Mereka sadar dan memusatkan perhatian mereka pada Yang Maha Esa sebagai Yang Tunggal dan juga sebagai Yang Banyak karena Yang Maha Esa ini hadir dalam segala-galanya tetapi la bersifat Esa.
16. Akulah pemujaan, Akulah pengorbanan, Akulah yang dikorbankan untuk para leluhur, Akulah tumbuh-tumbuhan yang menyembuhkan (penyakit), Akulah mantra, Akulah minyak (untuk pelita di kuil), Akulah Api, dan Akulah sesajen yang diapikan.
Sang Kreshna meneruskan keterangan-keterangan tentang DiriNya Yang Sejati, yang pada hakikatnya adalah Inti dari segala yang ada dan yang dilakukan oleh manusia atau alam dan isinya. Ia hadir misalnya dalam suatu yagna dan setiap aspek-aspeknya. Dan mereka yang memuja dewa-dewa, Veda-Veda dan lain sebagainya dengan ini diberi kesadaran bahwa sebenarnya mereka ini memujaNya juga secara tidak langsung.
17. Akulah Bapak dunia ini, Ibunya, Penunjangnya dan juga Kakek (Leiuhurnya). Aku lah Yang suci dan tunggal Yang harus diketahui (oleh manusia). Akulah OM, dan juga Veda-Veda, Rig, Sama dan Yajur.
Sang Kreshna atau Yang Maha Esa adalah Inti-Murni dari segala ilmu-ilmu pengetahuan suci, dan hal ini seharusnya disadari oleh manusia. la juga kata inti OM yang terdapat di Veda-Veda dan kitab-kitab suci Hindu lainnya.
18. Akulah Jalan, Penunjang, Penguasa (Tuhan), Saksi, Tujuan, Tempat Berlindung, dan Sahabat. Akulah Asal-Mula dan Akhir (Pralaya), Fondasi, Tempat Penyimpan Harta-Benda, dan Inti (Sari) Yang Tak Pernah Binasa.
Sang Kreshna adalah semua aspek dan penunjang kehidupan ini. la juga segala-galanya. la juga harta-benda sesungguhnya dan kehidupan yang tak dapat binasa. la sekaligus sahabat dan saksi kita di dalam diri kita sendiri. Ia lah permulaan kita dan akhir kita dalam arti yang sebenar-benarnya.
19. Aku memberi panas. Aku menahan dan mengirimkan hujan. Akulah Keabadian dan juga Kematian. Aku lah yang telah berlalu (tidak abadi = asat) dan keabadian (sat).
Sang Kreshna lah yang mengendalikan semua elemen-elemen di dunia ini. Ia lah Sat yang dapat disebutkan sebagai suatu zat atau keadaan yang selalu abadi. Tetapi Ia juga yang bersifat tidak abadi dan dapat binasa (asat). Semuanya Ia dan Ia semata.
20. Mereka yang mengenal ketiga Veda-Veda, yang meminum sari soma (sakramen suci) dan telah dibersihkan dosa-dosanya, memujaKu dengan pengorbanan, memohon jalan untuk ke svarga. Setelah sampai ke dunia suci Sang Indra ini (svarga-loka), mereka menikmati kenikmatan-kenikmatan suci (yang biasa dinikmati para dewa).
21. Setelah menikmati svarga-loka yang luas ini, dan setelah habis masa dan hasil pemujaan mereka, mereka kembali lagi ke dunia kebinasaan ini. Begitulah mengikuti kata-kata dalam ketiga Veda dan menikmati kesenangan-kesenangan, mereka mendapatkan sesuatu yang berlalu sifatnya (tidak abadi dan terpengaruh hukum karma).
Mereka-mereka ini tidak bisa lepas dari hukum karma. Sorgaloka (svarga-loka) bukanlah akhir dari perjalanan hidup kita, akhir tujuan kita adalah Yang Maha Esa. Yang Maha Abadi, di mana tidak ada mati dan hidup lagi untuk selanjutnya. Veda-Veda amat penting untuk dihayati, tetapi lebih merupakan jembatan ke Yang Maha Esa, dan bukan tujuan.
22. Tetapi mereka yang memujaKu dan bermeditasi kepadaKu semata, kepada mereka ini yang dirinya terkendali, Ku berikan mereka apa yang mereka tak punya dan menjamin dengan aman apa yang mereka miliki.
Hanya kepada para pemuja-pemujaNya, kepada para bhakta ini Yang Maha Esa (Sang Kreshna) memberikan kekuatan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tentang DiriNya dan meniti mereka ke tangga sukses demi mencapai dan bersatu denganNya. Juga dijanjikan kepada para pemujaNya bahwa Sang Kreshna menjamin kehidupan mereka secara penuh, Ia menjaga kehidupan mereka dan memberkahi mereka dengan kebahagiaan yang abadi. Harap diperhatikan para pemuja Sang Kreshna (Yang Maha Esa) yang tulus dan sejati, secara lambat laun akan melepaskan semua kemewahan dan cara hidup mereka secara perlahan tetapi pasti akan mengarah jauh dari semua unsur duniawi, bagi mereka ini apa saja yang diterimanya terasa cukup; hidup dan pekerjaan mereka semata berupa dedikasi tanpa pamrih kepadaNya. Anehnya dalam segala kesederhanaan, penderitaan dan cobaan mereka, mereka ini selalu tampil berkecukupan dalam segala hal. Inilah yang benar-benar menakjubkan sesuai dengan janji Sang Kreshna di atas. Inilah berkahNya yang sesungguhnya di dunia fana ini. Mereka selalu tampil penuh karisma dan wibawa, menyejukkan untuk dipandang dan diikuti kata-katanya.
Para pemuja yang telah mendapatkan berkahNya ini betul-betul menjalani hidup mereka dengan hal-hal yang penuh mukjizat. Misalnya mereka tidak mungkin dapat diteluh atau diguna-gunai, mereka selalu jauh dari cobaan-cobaan yang bersifat negatif, dan bahkan alam-lingkungan disekitar mereka beserta seluruh unsur-unsur yang hadir di situ akan bersahabat dengan mereka ini. Roh-roh halus, jin, pepohonan, fauna dan lain sebagainya akan bersahabat dengan mereka dalam arti yang sesungguhnya, dan ini bisa saja dirasakan ajaib bagi orang awam yang duniawi; bagi para pemuja ini biasa-biasa saja karena mereka mi telah bersahabat dengan Yang Maha Esa secara tulus dan merasa sebagian dariNya, mereka ini juga merasa dimiliki dan jadi alatNya, maka untuk orang-orang seperti ini sudah tidak ada lagi rasa takut akan apapun juga baik secara duniawi maupun secara spiritual. Yang mereka segani hanya Yang Maha Esa, dan barangsiapa bersahabat denganNya tentunya bersahabat dengan seluruh alam semesta ini secara otomatis dan ini betul-betul suatu pengalaman yang penuh dengan “mukjizat”Nya, yang disebutkan Sang Kreshna sebagai “menjamin dengan aman apa yang mereka punyai” dan “Kuberikan kepada mereka apa yang mereka tidak miliki.” Berjuanglah untuk menjadi yogi semacam ini agar jauh kita dan tujuan yang salah. Para pemuja ini juga mendapatkan banyak ilmu spiritual dan pengetahuan yang menakjubkan dari Yang Maha Esa tanpa mereka minta, dan semua itu kemudian mereka pergunakan untuk tujuan-tujuan tanpa pamrih. Sekali mereka terbius dengan ilmu atau pengetahuan ini dan menggunakannya secara salah atau penuh dengan nafsu dan egoisme maka hancurlah meditasi dan yoga mereka. Ini disebut Siddhi, dan harus diwaspadai oleh para pemuja Yang Maha Esa karena berbentuk cobaan juga dalam bentuk spiritual.
23. Bahkan pemuja-pemuja dewa-dewa lainnya yang dengan iman mereka memuja dewa-dewa ini, mereka juga memujaKu, oh Arjuna, walau tidak dengan cara yang benar.
Bhagavat Gita adalah suatu ajaran yang unik, dan penuh dengan kebebasan memuja. Setiap orang tidak dilarang untuk memuja apa saja tetapi juga tidak dianjurkan demikian karena yang ingin diluruskan adalah pemujaan kepada Yang Maha Esa semata, tanpa menjalani jalan yang salah. Tetapi seandainya seseorang tetap mengambil jalan yang salah maka ia diberi kesadaran agar mengubah jalur yang ditempuhnya. Pesan ini berulang-ulang ditekankan di Bhagavat Gita.
24. Karena Aku ini adalah Penikmat dan Tuhan dari semua pengorbanan. Tetapi orang-orang ini tidak mengenalKu, yaitu sifatKu yang sejati, dan jatuhlah mereka ini (ke lingkaran hidup dan mati lagi).
Karena tidak mengenal sifat-sifat sejati Sang Kreshna, Yang Maha Esa, dengan baik maka banyak pemuja yang memuja dewa-dewa dan merasa sudah cukup dengan itu. Padahal dalam hakikat Yang Maha Esalah yang seharusnya dipuja agar lepas kita dari lingkaran karma dan samsara (penderitaan ini).
25. Barangsiapa yang memuja para dewa pergi ke dewa-dewa, yang memuja leluhur pergi ke leluhur, yang memuja jiwa-jiwa (roh-roh) yang rendah sifatnya (bhuta) pergi ke para bhuta ini, tetapi pemujaKu datang kepadaKu.
Dijelaskan dan ditegaskan sekali lagi oleh Sang Kreshna secara bebas dan amat demokratis tujuan pemujaan para pemuja yang bebas memuja. Silahkan dengan demikian menentukan pilihan, karena Yang Maha Esa sudah jelas sabda-sabdaNya.
26. Barangsiapa mempersembahkan kepadaKu dengan dedikasi, sehelai daun, sekuntum bunga, ataupun air, Ku terima persembahan penuh kasih itu sebagai persembahan dari hati yang suci-murni.
Sloka ini adalah salah satu sloka yang amat penting untuk dipelajari dan dihayati oleh orang yang beragama Hindu. Di sini diperlihatkan betapa besarnya Jiwa Yang Maha Esa yang tak pernah menuntut apapun juga dari kita semua untuk apa saja yang telah diberikannya kepada kita semua. BagiNya yang penting dari kita hanyalah dedikasi, iman dan kasih untukNya, dan semua itu dapat disimbolkan dalam bentuk-bentuk sederhana saja seperti daun, bunga dan lain sebagainya. la tidak menuntut harta-benda atau yang mewah-mewah dan yang bukan-bukan. Hanya yang kecil-kecil saja yang diingatkanNya kepada kita. Maka seyogyanyalah berbakti kepadaNya dengan yang sederhana dan kecil saja seperti memperhatikan fakir-miskin dan mereka yang kesusahan di sekitar kita dengan dana yang berupa apa saja dalam bentuk yang sederhana saja kalau tidak bisa yang bentuknya malahan menyusahkan. Dengan sedikit perhatian terhadap sesama makhluk ciptaan Tuhan, maka setiap saat kita sudah berbakti untukNya tanpa pamrih. Nyalakan sebuah lilin kecil setiap hari dalam dirimu atau dengan kata lain jadikanlah anda sebuah batu-bata kecil untuk membangun kuilNya yang suci, atau berikanlah segenggam beras kepada sesama makhluk setiap harinya; semua pengorbanan-pengorbanan kecil demi Yang Maha Kuasa ini akan meniti kita ke pemasrahan total dan pembersihan atau pemurnian hati kita suatu waktu, dan jatuhlah kemudian berkah dan karunia Sang Maha Pengasih, Sang Maha Penyayang atas diri kita yang ‘bodoh’ dan ‘gelap’ ini, dan teranglah tujuan kita ke arahNya.
27. Apapun yang kau lakukan, apapun yang kau santap, apapun yang kau persembahkan, apapun yang kau danakan, apapun puasa (atau disiplin spiritual) yang dikau lakukan — lakukanlah itu semua, oh Arjuna, sebagai persembahan bagiKu.
Berdedikasilah kepada Yang Maha Kuasa sepenuh hatimu, dan dalam setiap tindakanmu yang merupakan tindakan demi Yang Maha Esa semata-mata tanpa parnrih. Apapun tindakan anda, apakah itu pekerjaan sehari-hari di rumah atau di kantor atau di mana saja, lakukanlah sebagai kewajiban anda kepadaNya semata dan harus tanpa pamrih yang setulus-tulusnya. Bukankah pada hakikatnya kita semua diutus ke dunia ini untuk suatu tugas, maka laksanakanlah tugas dan kewajiban kita sesuai dengan kehendakNya dan memujalah demi Ia semata. Berkata seperti di atas amatlah mudah, tetapi melaksanakan sesuatu tanpa pamrih atau keinginan pribadi adalah amat sukar. Juga seseorang dengan mudah dapat berkata bahwa semua tindakannya sehari-hari telah dikerjakannya demi Yang Maha Esa, tetapi secara sejati bekerja seratus persen demi Yang Maha Esa itu harus sesuai dengan hati-nuraninya, dan inilah faktor yang amat sukar untuk dilaksanakan. Menghayati tindakan-tindakan demi Yang Maha Esa hanya dapat dicapai dengan latihan mental yang intensif selama masa yang cukup lama (mungkin bertahun-tahun), sampai suatu saat kita betul-betul menghayati dan menyadari akan arti ajaran ini secara mumi.
Dalam berbagai ajaran spiritual maupun dalam berbagai ajaran agama sebenarnya ajaran di atas ini sudah disiratkan secara nyata, tetapi sering sekali kita lupa akan inti hal ini sebenamya. Kita lebih condong untuk bekerja, berbuat atau bertindak atau beraksi karena didorong oleh suatu pikiran agar mendapatkan apresiasi atau penghargaan dari orang-orang di sekitar kita, bahkan sering sekali sesuatu perbuatan kita lakukan agar mendapatkan status sosial yang lebih tinggi dari masyarakat di sekitar kita, biasanya perbuatan atau upacara semacam ini tidak ubahnya seperti suatu pertunjukan saja. Banyak juga tindakan kita yang didasarkan pada kebutuhan dan ego kita pribadi, pada kewajiban kita pada keluarga dan diri sendiri, dan semuanya itu kita lakukan tanpa adanya kesadaran bahwa itu sebenamya harus dilakukan demi kewajiban kita kepada Yang Maha Esa. Orang-orang yang disayangi di sekitar kita tidak lain dan tidak bukan juga sebenamya hanyalah alat-alatNya belaka, sama seperti kita juga.
28. Dengan bertindak demikian, dikau akan bebas dari tali-ikatan tindakan, dari buah baik dan buruk (hasil tindakan seseorang). Dengan pikiranmu yang teguh di jalan pemasrahan-total ini, engkau akan bebas dan datang kepadaKu.
29. Aku ini sama untuk setiap makhluk. BagiKu tak ada yang tersayang atau yang Kubenci. Tetapi mereka yang memujaKu dengan setia, mereka ada di dalamKu, dan Aku pun ada di dalam mereka.
Yang Maha Kuasa itu begitu Maha AdilNya sehingga bagiNya tak ada makhluk yang tersayang atau yang paling dibenciNya. Semuanya sama saja bagiNya, tinggal terserah kita sendiri ini mau mendekatiNya atau menjauhiNya. Ada suatu contoh yang baik, yaitu cahaya. Cahaya ini jika direfleksikan ke sebuah cermin yang kotor dan berdebu maka cahaya yang memantul kembali itu buram atau tidak baik, sedangkan jikalau cerminnya bersih dan licin permukaannya, maka cahaya yang dipantulkannya pastilah sangat baik dan jernih. Yang Maha Kuasa adalah ibarat cahaya ini, dan kita semua adalah cermin-cermin ini. la selalu bersinar atau bercahaya ke arah kita semua sepanjang waktu dan setiap saat dengan adil dan merata, tanpa pandang bulu atau suku atau kasta. Dan sekarang tentunya terserah kita semua, ingin menjadi cermin yang berdebu dan kotor atau cermin yang kotor akibat ulah kita sendiri. Di sloka atas ini la telah menegaskan bahwa Ia sama saja kasih-sayangNya terhadap semuanya tanpa ada diskriminasi sedikit pun.
30. Walaupun seseorang yang tenggelam amat dalam di dalam dosa-dosanya, memujaKu dengan hati yang teguh, ia pun harus dikenali sebagai orang yang benar, karena ia telah beritikad secara benar.
Di dalam dosa-dosa pun bersinar Yang Maha Tak Berdosa; Yang Maha Kuasa secara adil dan merata. Ia bercahaya juga di dalam orang-orang yang kita anggap berdosa dan tak dapat diampuni. Sekali seorang semacam ini beritikad untuk mengubah dirinya ke jalan yang benar dan tunduk kepada Yang Maha Kuasa, maka ia harus dihormati dan dibantu, didoakan ke arah Yang Maha Esa, karena ia telah beritikad secara benar, dan suatu saat nanti sewaktu masanya tiba maka ia akan disucikan dan diterima di Tujuan Nan Abadi, yaitu Yang Maha Esa itu Sendiri.
31. Dan segera ia akan berubah menjadi benar dan mencapai kedamaian nan abadi. Oh Arjuna, harus kau ketahui secara pasti bahwa pemujaKu tak pernah binasa.
Seseorang yang mencintai Tuhan Yang Maha Esa “tak akan pernah tersesat jalannya,” lambat laun ia akan dituntun ke arahNya, dan kalau tersandung ia akan diangkat kembali agar lebih bergairah ia melaju ke arahNya. Walaupun orang ini mungkin pernah menjadi seseorang yang amat berdosa, tetapi sekali ia bertobat dan lurus hatinya maka ia akan kembali kepadaNya dan dibersihkan dari segala dosa-dosanya. Dalam diri orang ini akan timbul revolusi batin yang mendorongnya ke arah spiritual dan melajulah ia kemudian menegakkan kebenaran dan dharma. Tujuan Yang Abadi selalu menanti orang-orang seperti ini.
32. Mereka yang datang dan meminta perlindunganKu, oh Arjuna, walau mereka itu lahir dari sesuatu yang berdosa, walau mereka ini wanita atau vaishya atau sudra, mereka pun mencapai Tujuan Yang Tertinggi.
Disinilah tercermin Kerendahan Hati Yang Maha Kuasa, tercermin juga KemurahanNya dan KasihNya. Memang Yang Maha Esa ini Maha Pemurah dan Penyayang sehingga jalan kepadaNya terbuka untuk siapa saja yang menginginkannya secara tulus. Adalah salah kalau ada anggapan bahwa hanya kasta Brahmana atau Kshatrya saja yang dapat mencapaiNya. Itu hanya ilusi dan peraturan buatan manusia saja, yang penuh dengan rasa egois, keserakahan, dan angkara, yang justru bertentangan dengan ajaran Bhagavat Gita dan ajaran-ajaran Hindu lainnya. Semua orang maupun makhluk tanpa kecuali dapat pergi kepadaNya, karena Ia milik semuanya tanpa diskriminasi, apalagi seseorang yang menyalakan pelita di dalam hatinya untukNya semata tanpa pamrih.
33. Apa lagi para pendeta suci dan para aristrokrat yang suci! Setelah tiba di dunia fana dan tanpa kebahagiaan ini, (seyogyanyalah) dikau memujaKu.
34. Pusatkan pikiranmu kepadaKu; berdedikasilah kepadaKu; pujalah Aku, bersujudlah padaKu. Demikianlah dengan mengendalikan dirimu, dan menjadikan Aku sebagai Tujuanmu Yang Agung, maka dikau akan datang kepadaKu.
Kepada Arjuna (dan kita semua) Sang Kreshna bersabda, bahwa sebaiknya tidak lupa kita ini hidup di dunia yang fana dan tak stabil keadaannya, di mana sebenarnya kebahagiaan yang hakiki itu tidak ada secara duniawi. Jadi sebaiknya memuja Yang Maha Esa, karena dibalik pemujaan inilah terletak rahasia kebahagiaan yang hakiki ini, yang sebenarnya tertutup di dalam DiriNya, yang disebut Tujuan Yang Agung. Kita semua akan bersatu dan bahagia di dalamNya, kalau mau kita memujaNya, menyerahkan diri dan hati kita bulat-bulat sepenuhnya kepada Yang Maha Esa — yaitu Yang Maha Pencipta, Penyayang Dan Pengasih, akhir dari perjalanan panjang hidup kita, Tujuan kita Yang Agung Dan Suci. Om Tat Sat.
Dalam Upanishad Bhagavat Gita, Ilmu Pengetahuan Yang Abadi, Karya Sastra Yoga, dialog antara Sang Kreshna dan Arjuna, inilah bab ke sembilan yang disebut:
Rajavidya Rajaguhya Yoga atau Ilmu pengetahuan dan Rahasia nan Agung

Pustaka


Pustaka


http://www.google.com/profiles/tjakrakembang
***
Ensiklopedi Wayang
1. Ensiklopedi Wayang Indonesia jilid1-6, Tim Penulis Sena Wangi 1999 Sena Wangi Jakarta
2. Ensiklopedi Wayang Purwa, Rio Sudibyoprono – Suwandono, Dhanisworo, Mujiyono 1991 Balai Pustaka
***
Jawa & Wayang
1. Nilai-nilai etis dalam wayang, Dr. Hazim Amir 1997 Pustaka Sinar Harapan
2. Dalang di balik wayang, Victoria M. Clara van Groenendael 1987 Pustaka Umum Grafiti
3. Reorientasi dan revitalisasi pandangan hidup jawa, Sujamto 1992 Dahara Prize
4. Kebatinan dan hidup sehari-hari orang jawa (kelangsungan dan perubahan kulturil), Niels Mulder 1983 Gramedia
5. Salah satu sikap hidup orang jawa, Dr.S.De Jong 1976 Kanisius
6. Konsepsi tentang Manusia dalam kebatinan Jawa, Dr.Harun Hadiwijono 1983 Sinar Harapan
7. On the subject of “Java”, John Pemberton 1994 Cornell University Press
8. Surealisme yogyakarta, M. Dwi marianto 2001 Merapi
9. Interkulturalisme dalam Teater, Nur Sahid 2000 Yayasan untuk Indonesia
10. Etika jawa (sebuah analisa falsafi tentang kebijaksanaan hidup Jawa), Franz Magnis-Suseno 2003 Gramedia
11. Simbolisme dalam budaya jawa, Budiono Herusatoto 2005 Hanindita Graha Widya
12. Falsafah hidup jawa, Suwardi Endraswara 2003 Cakrawala
13. Mistik & kosmologi serat centhini, Purwadi & Rahmat Fajri 2005 Media Abadi
14. Serat sena sunu, R. Ng. Yasadipura II – Jumeiri Siti Rumidjah 2001 Kepel Press
15. Prahara bumi jawa (sejarah bencana dan jatuh-bangunnya penguasa jawa), Otto Sukatno 2007 Jejak
16. Dunia mistik orang jawa, Capt. Suyono 2009 LKIS Yogyakarta
17. Ajaran rahasia orang jawa, Capt. Suyono 2009 LKIS Yogyakarta
18. Sejarah asal-usul nenek moyang orang jawa, Purwadi 2004 Tunas Harapan
19. Mengaji ilmu lingkungan kraton, Dradjat Suhardjo 2004 Safiria Insania Press
20. Priayi abangan (dunia novel jawa tahun 1950-an), Sapardi Djoko Darmono 2000 Bentang
21. Kebudayan jawa (ragam kehidupan kraton dan masyarakat di jawa 1222-1998), Ageng Pangestu Rama 2007 Cahaya Ningrat
22. Wayang, Irian dan Sumba, Pacita Abad 1994 National Museum
23. Wayang malangan, Suyanto 2002 Citra Etnika Surakarta
24. Wayang-liederan (biografi politik budaya noto soeroto), Rosa M.T. Kerdijk 2002 Komunitas Bambu
25. Langen mandra wanara (sebuah opera jawa), Ben Suharto – N. Supardjan – Rejomulyo 1999 Yayasan untuk Indonesia
***
Mengenal Wayang
1. Serat pustakaraja purwa jilid1, R. Ng. Ranggawarsita – Ki Padma susastra – Kamajaya 1993 Yayasan Centhini Yogyakarta
2. Serat pustakaraja purwa jilid3, R. Ng. Ranggawarsita – Kamajaya 1994 Yayasan Centhini Yogyakarta
3. Sejarah wayang (asal usul jenis dan cirinya), Amir Mertosedono 1994 Dahara Prize
4. Nilai-nilai seni pewayangan, Suwaji Bastomi 1993 Dahara Prize
5. Wayang purwa (the shadow play of indonesia), Moebirman 1973 Yayasan Pelita Wisata
6. Wayang kulit purwa gaya yogyakarta (bentuk ukuran sunggingan), Sunarto 1989 Balai Pustaka
7. Pakem padhalangan ringgit purwa Warakesthi, Soenarto Timoer 1982 Balai Pustaka
8. Cariyos padhalangan Drona rangsang, Soenarto Timoer 1983 Balai Pustaka
9. Wayang kulit purwa (klasifikasi jenis dan sejarah), Soekatno Aneka Ilmu Semarang
10. Mengenal gambar tokoh wayang purwa dan keterangannya, Purwadi 2007 Cendrawasih
11. Apresiasi wayang, Marwanto – Budhy Moehanto 1996 Cendrawasih
12. Ringkasan pengetahuan wayang, Dwijo Carita 2000 Cendrawasih
13. Bunga rampai wayang purwa beserta penjelasannya jilid1, Bondhan H. – Pamungkas Prasetya 2001 Cendrawasih
14. Bunga rampai wayang purwa beserta penjelasannya jilid2, Bondhan H. – Pamungkas Prasetya 2002 Cendrawasih
15. Membuka takbir misteri tokoh-tokoh wayang kurawa, Wijanarko Setyowibowo 1990 Toko Buku SG/SR
***
Wayang Kulit Jawa
1. Kakawin Bharata-Yuddha, Sutjipto Wirjosuparto 1968 Bhratara
2. Padalangan, M.A. Salmun 1942 Balai Pustaka
3. Renungan tentang Pertundjukan Wajangkulit, Seno Sastroamidjojo 1964 Kinta
4. Sejarah Wayang Purwa, Hardjowirogo 1982 Balai Pustaka cet.6
5. Sedjarah Wajang Purwa, Hardjowirogo 1965 Balai Pustaka cet.4
6. Kelir Tanpa Batas, Umar Kayam 2001 Gama Media
7. Wayang (asal usul, filsafat & masa depannya), Sri Mulyono 1975 Alda
8. Human Character in the Wayang Javanese Shadow Play, Sri Mulyono 1981 Gunung Agung
9. Wayang dan Karakter Wanita, Sri Mulyono 1978 Gunung Agung cet.2
10. Apa & Siapa Semar, Sri Mulyono 1978 Gunung Agung
11. Simbolisme dan Mistikisme dalam Wayang, Sri Mulyono 1979 Gunung Agung
12. Wayang dan karakter manusia (harjuna sasrabahu dan ramayana), Sri Mulyono 1976 Yayasan Nawangi & Inaltu
13. Wayang dan karakter manusia (harjuna sasrabahu dan ramayana), Sri Mulyono 1979 Gunung Agung cet.4
14. Wayang dan karakter manusia (nenek moyang kurawa & pandawa), Sri Mulyono 1977 Yayasan Nawangi & Inaltu
15. Wayang dan karakter manusia (nenek moyang kurawa & pandawa), Sri Mulyono 1983 Gunung Agung cet.4
16. Tripama, watak satria dan sastra jendra, Sri Mulyono 1978 Gunung Agung
16. Wayang Purwa (shadows of the past), H. Ulbricht 1970 Oxford University Press Singapore
17. Leather Gods & Wooden Heroes (java’s classical wayang), David Irvine2005 Marshall Cavendish Intl.
18. Bhima Swarga (the balinese journey of the soul), Idanna Pucci1992 Bulfinch Press Singapore
***
Lakon PPBSID
1. Serat sakuntara (sinawung sekar macapat), R.M.Kartadirdja – Soeparmo 1980 PPBSID
2. Bratayuda, R. Ng. Kartapraja – Sudibjo Z.H. 1980 PPBSID
3. Pandhawa gubah, Sudibjo Z.H. 1982 PPBSID
4. Lubdhaka carita, I Made Suastika 1981 PPBSID
5. Bab natah sarta nyungging ringgit wacucal, Sukir – Kamajaya 1980 PPBSID
6. Geguritan jagat karana, Alit Dendi 1979 PPBSID
7. Wanda ringgit purwa, Moelyono Sastronaryatmo 1981 PPBSID
8. Panji sekar, Sunan Pakubuwono IV – Yanti Darmono 1979 PPBSID
9. Kartawiyoga, Ki Reditanaya 1983 Balai Pustaka
10. Alap-alapan Drusilawati, Ki Reditanaya 1984 Balai Pustaka
11. Jaladara Rabi, Ki Reditanaya 1983 Balai Pustaka
12. Dewi Sri, PPBSID
13. Wayang Beber di Galeran, 1981 PPBSID
***
Ceritera Wayang
1. Nitisastera (disalain dari kitab nitisastra R. Ng. Poerbatjaraka), Padmodihardjo – Resowidjojo 1950 Balai Pustaka
2. Tjeritera Dewa Rutji (dengan arti filsafatnya), A. Seno-Sastroamidjojo 1967 Kinta cet.2
3. Dewa Rutji Winardi (andaran, gantjaran lan surasaning tjarita), Imam Supardi 1960 Panjebar Semangat Surabaja
4. Nawaruci, S P Adhikara 1984 ITB Bandung
5. Dewa Ruci, S P Adhikara 1984 ITB Bandung
6. Unio Mystica bima, S P Adhikara 1984 ITB Bandung
7. Dewa Ruci, Misbah el Munir 1986 Tarate Bandung
8. Bima Suci, R. Tanaya 1979 Balai Pustaka
9. Balungan ringgit purwa, Ki Marwata Panenggak Widada 1975 Toko Buku K.S
10. Serat Bharata Yuda jilid1, Ki S. Soetarsa 1976 Toko Buku K.S
11. Serat Bharata Yuda jilid2, Ki S. Soetarsa 1976 Toko Buku K.S
12. Serat Bharata Yuda jilid3, Ki S. Soetarsa 1977 Toko Buku K.S
13. Serat Baratajuda, M.B. Radyomardowo – Soeparman – Soetomo 1958 Kedaulatan Rakjat Jogjakarta
14. Ungkapan dan hukum karma dalam Barata Yuda, Heroesoekarto 1961 GRIP Surabaja
15. Bunga Kurusetra, Bung Smas 1986 Remadja Karya
16. Ephos Bharata Yuda, Fien Soebroto – Jono Wijono 1967 Merapi
17. Mintaraga Gantiaran, M. Prijohoetomo 1953 Balai Pustaka
18. Sabda Pandhita Ratu, Sujamto 1992 Dahara Prize
19. Sugriwo Subali, Merapi Brata – Sadimin 1983 Tiga A Sala
20. Hikayat Maharaja Garebag Jagat, Nikmah Sunardjo 1989 Balai Pustaka
21. Arjuna Wiwaha, I. Umar Suparno 1991 Balai Pustaka
22. Bisma Dewabrata, Satyagraha Hoerip 1999 Balai Pustaka
23. Bisma (warrior priest of the mahabharata), Satyagraha Hoerip – David Irvine 1990 Balai Pustaka
24. Kisah Ramayana, K. Surjanata 1962 Sunrise
25. Rama dan Sinta, Trajono 1995 Balai Pustaka
26. Rama dan Sinta, Trajono 1975 Balai Pustaka
27. Gajah putih berpawang putri, S. Wibisono 1975 Indrapress
28. Kabut ditaman gilingwesi, S. Wibisono 1974 Indrapress
29. Sri Rama bersabda, Kamajaya 1984 UP. Indonesia
30. Arjuna Kembar, Wiroatmodjo 2000 Balai Pustaka
31. Arjuna Kembar, Wiroatmodjo 1977 Balai Pustaka
32. Hikayat Purusada (raja pemakan orang), Soewito Santoso 1976 Pradnya Paramita
33. Pesan Pujangga, S. Prawirodihardjo 1993 Balai Pustaka
34. Lahirnya Sang Hyang Tunggal, Soetadji Padma 1986 Indira
35. Wahju Purba Sedjati, Ki siswoharsojo 1985 Gondolayu Kulon
36. Wahju Purba Sedjati, Ki siswoharsojo 1961 Gondolayu Kulon
37. Silsilah wayang purwa mawa carita jilid2, S. Padmasoekotjo 1981 Citra Jaya
38. Blencong, Rena Budaya 1983 Rena Budaya
39. Budi jasa seorang adik, Satoto 1981 Upik&Buyung
40. Budi jasa seorang adik, Satoto 1983 Gunung Kemukus
41. Gatutkaca Lahir, Murhono Hs 1983 Intan
42. Kisah Narasoma, Heroesoekarto 1982 Pustaka Jaya
43. Sesaji Raja Suya, Heroesoekarto 1975 Ganaco
44. Keluarga Pandawa mendapat hadiah hutan kandawaprasta, Heroesoekarto 1976 Ganaco
45. Tipu muslihat Arya Sangkuni, Heroesoekarto 1975 Ganaco
46. Tembang cinta para dewi, Naning Pranoto 1993 Balai Pustaka
47. Arjuna Wiwaha, Dakman Mudyadi 1974 Pustaka Jaya
48. Resi Bisma, Dakman Mudyadi 1973 Pustaka Jaya
49. Prabu Anom Parikesit, Hassan CH. 1965 Semar Djaja
50. Dhasawalikrama (anak prabu dhasamuka), Heroesoekarto 1961 Aryaguna
51. Wiratha Parwa, Ki Atmosudjono & A. Adiwiyoto 1979 Gramedia
52. Api Parasara, Hadisutjipto 1980 Gramedia
53. Genderang Bharatayuda dan Tjandera Kirana, 1953 Sri Murtono Balai Pustaka
54. Ramayana, Teddy D.M. 1980 Alam Budaya
55. Unsur Islam dalam pewayangan, Effendy Zarkasi 1977 Alma`Arif Bandung
56. Bhagawad-Gota, Romo 1971 Mandira Semarang
57. Raja Vidya (raja pengetahuan), Om Visnupada 1982 Pustaka Bhaktivedanta
58. Ramayana (our nation reader), Sunardjo Haditjaroko 1961 Djambatan
59. Ramayana (indonesian wayang show), Sunardjo Haditjaroko 1990 Djambatan
60. The Ramayana (condensed into english verse), Ramesh Dutta 1966 Jaico Publish
61. Mahabharata, Usman Effendi 1952 Pustaka Rakjat
62. Barata Juda (babak ke 1 Kalabendana Lena), Panitia Baratajuda 1958 Kedaulatan Rakjat
63. Barata Juda (babak ke 2 Kresna Gugah), Panitia Baratajuda 1958 Kedaulatan Rakjat
64. Barata Juda (babak ke 3 Kresna Duta), Panitia Baratajuda 1958 Kedaulatan Rakjat
65. Barata Juda (babak ke 4 Seta Gugur), Panitia Baratajuda 1958 Kedaulatan Rakjat
66. Barata Juda (babak ke 5 Bogadenta Gugur), Panitia Baratajuda 1958 Kedaulatan Rakjat
67. Barata Juda (babak ke 6 Randjapan/Renjuhan), Panitia Baratajuda 1958 Kedaulatan Rakjat
68. Barata Juda (babak ke 7 Burisrawa Gugur/Timpalan), Panitia Baratajuda 1958 Kedaulatan Rakjat
69. Barata Juda (babak ke 8 Gatutkaca Gugur), Panitia Baratajuda 1958 Kedaulatan Rakjat
70. Barata Juda (babak ke 9 Karna Tanding), Panitia Baratajuda 1958 Kedaulatan Rakjat
71. Barata Juda (babak ke 10 Sujudana Gugur/Rubuhan), Panitia Baratajuda 1958 Kedaulatan Rakjat
72. Barata Juda (babak ke 11 Lahirnya Parikesit), Panitia Baratajuda 1958 Kedaulatan Rakjat
73. Barata Juda (babak ke 12 Djumenengan), Panitia Baratajuda 1958 Kedaulatan Rakjat
74. Arjuna Wiwaha, Mpu Kanwa – Sanusi Pane 1960 Balai Pustaka cet.3
***
Novel Wayang
1. Arjuna Sasrabahu, Sunardi D.M 1982 Balai Pustaka cet.1
2. Ramayana, Sunardi D.M 2000 Balai Pustaka cet.6
3. Ramayana, Sunardi D.M 1993 Balai Pustaka cet.5
4. Ramayana, Sunardi D.M 1979 Balai Pustaka cet.1
5. Arjuna Krama, Sunardi D.M 1988 Balai Pustaka cet.2
6. Sumbadra Larung, Sunardi D.M 1987 Balai Pustaka cet.2
7. Sumbadra Larung, Sunardi D.M 1978 Balai Pustaka cet.1
8. Srikandi Belajar Memanah, Sunardi D.M 2000 Balai Pustaka cet.2
9. Arjuna Wiwaha, Sunardi D.M 1993 Balai Pustaka cet.2
10. Barata Yudha, Sunardi D.M 2003 Balai Pustaka cet.7
11. Barata Yudha, Sunardi D.M 1986 Balai Pustaka cet.2
12. Barata Yudha, Sunardi D.M 1978 Balai Pustaka cet.1
13. Mahabarata, M. Saleh 1968 Balai Pustaka cet.3
14. Mahabarata, M. Saleh 2000 Balai Pustaka cet.10
15. Ramayana, P.Lal – Djokolelono 1995 Pustaka Jaya cet.1
16. Mahabarata, P.Lal – H. Hartowardojo 1992 Pustaka Jaya cet.1
17. Ramayana, Nyoman S. Pendit 2006 Gramedia
18. Mahabharata, Nyoman S. Pendit 2003 Gramedia
19. Mahabharata (sebuah perang dahsjat dimedan kurukshetra, Nyoman S. Pendit 1970 Bhratara
20. Manyura, Yanusa Nugroho 2004 Kompas
21. Petruk Jadi Ratu, Sindhunata 2007 Kompas
22. Anak Bajang Menggiring Angin, Sindhunata 1984 Gramedia cet.2
23. Anak Bajang Menggiring Angin, Sindhunata 1993 Gramedia cet.3
24. Hikmah Abadi (nilai-nilai tradisional dalam wayang), B. Sumantri & Kanti Walujo 1999 Pustaka Pelajar
25. Ramayana, Wawan Susetya 2008 Narasi
26. Semar Gugat (kosmologi jawa dalam bingkai simbolisme pewayangan), Wasis Sarjono 2006 Kuntul
27. Indonesia between myth and reality, Lee Khoon Choy 1977 Federal Publications Singapore
28. Hamba sebut paduka Ramadewa, Herman Pratikto 1983 Widjaya Jakarta
29. Kitab omong kosong, Seno Gumira Ajidarma 2004 Bentang
30. Arjuna Sang Pembunuh, Ardian Kresna 2009 Diva Press
31. Pahlawan Pilihan Kreshna, Ardian Kresna 2009 Diva Press
32. Gatotkaca Tanding, Ardian Kresna 2009 Diva Press
33. Parikesit (dentang-dentang kematian kerajaan hastinapura), Ki Suratno 2009 Diva Press
34. Srikandi (ksatria putri yang perkasa), Siddha Malilang 2006 Gramedia
35. Bhisma (resi junjungan wangsa bharata), Siddha Malilang 2006 Gramedia
36. Drupadi (permaisuri pandawa yang teguh hati), Apriastuti Rahaya 2006 Gramedia
37. Perjalanan Sunyui Bisma Dewabrata, Pitoyo Amrih E-book novel
38. The Darkness of Gatotkaca, Pitoyo Amrih 2009 Diva Press
39. Kebaikan Kurawa (mengungkap kisah-kisah yang tersembunyi) , Pitoyo Amrih 2007 Pinus
40. Narasoma (ksatria pembela kurawa), Pitoyo Amrih 2007 Pinus
41. Antareja Antasena (jalan kematian para ksatria), Pitoyo Amrih 2007 Pinus
42. Mahabharata Ramayana, G. Rajagopalachari – Yudhi Murtanto 2008 Ircisod
43. Pagelaran (Antologi 17 cerpen), Pengarang Yogyakarta 1993 Bentang
***
Komik Lebar
1. Bale Sigala gala, Ratmoyo – Abas 1976 Bumi Perkasa Agung
2. Valmiki’s Ramayana, M.D Gupta – Prashant Gupta 2001 Dreamland
3. Draupadi’s swayamvara m12, ACK 1986 HG Mirchandani
4. The Pandavas conquer the world m16, ACK 1986 HG Mirchandani
5. Yudhishthira’s rajasooya yajna m17, ACK 1986 HG Mirchandani
6. Indraprastha lost m18, ACK 1986 HG Mirchandani
7. The Pandavas int he forest m19, ACK 1986 HG Mirchandani
8. Arjuna’s quest for weapons m20, ACK 1986 HG Mirchandani
9. Arjuna in indraloka m21, ACK 1986 HG Mirchandani
10. The reunion m22, ACK 1986 HG Mirchandani
11. Duryodhana humbled m23, ACK 1987 HG Mirchandani
12. The twelfth year m24, ACK 1987 HG Mirchandani
13. The Pandavas at virata’s palace m25, ACK 1987 HG Mirchandani
14. Panic in the Kaurawa camp m26, ACK 1987 HG Mirchandani
15. Sanjaya’s mission m27, ACK 1987 HG Mirchandani
16. Duryodhana refuses to yield, ACK 1987 HG Mirchandani
17. Krishna: the subduer of Kalia, ACK 1989 HG Mirchandani
18. Krishna: the victorious, ACK 1989 HG Mirchandani
19. Tales of Shiva, ACK 1995 HG Mirchandani
20. Krishna and Narakasura, ACK 1992 HG Mirchandani
21. Abhimanyu, ACK 1996 HG Mirchandani
22. Mahabharata the valorous pandavas, ACK 1998 HG Mirchandani
23. Birbal the Just, ACK 1994 HG Mirchandani
24. Birbal to the rescue, ACK 1996 HG Mirchandani
25. Dhruva and Ashtavakra, ACK 1994 HG Mirchandani
26. Karttikeya, ACK 1992 HG Mirchandani
27. Dasha Avatar, ACK 1992 HG Mirchandani
28. Shakuntala
29. Hanuman
30. Walmiki, ACT 1982 Gramedia
31. Harsa, ACT 1980 Gramedia
32. Gatotkaca, ACT 1978 Gramedia
33. Asoka, ACT 1980 Gramedia
34. Hanuman, ACT 1977 Gramedia
35. Sawitri, ACT 1978 Gramedia
36. Abimanyu, ACT 1978 Gramedia
37. Karna, ACT 1979 Gramedia
38. Krisna, ACT 1978 Gramedia
39. Rama dan Sinta, ACT 1977 Gramedia
40. Cupu Manik Astagina (Seri Ramayana 2), Jan Mintaraga 1985 Misurind
41. Dewi Widawati (Seri Ramayana 3), Jan Mintaraga 1985 Misurind
42. Mahesasura Jathasura (Seri Ramayana 4), Jan Mintaraga 1985 Misurind
43. Tragedi Goa Kiskenda (Seri Ramayana 5), Jan Mintaraga 1985 Misurind
44. Sugriwa Raja Kiskenda (Seri Ramayana 6), Jan Mintaraga 1985 Misurind
45. Prabhu Dasarata (Seri Ramayana 7), Jan Mintaraga 1985 Misurind
46. Ramawijaya (Seri Ramayana 8), Jan Mintaraga 1985 Misurind
47. Rama Buang (Seri Ramayana 9), Jan Mintaraga 1985 Misurind
48. Hasrat Prabu Santanu (Seri Mahabharata 1), Teguh Santosa 1985 Misurind
49. Kutukan berdarah (Seri Mahabharata 3), Teguh Santosa 1985 Misurind
50. Pandu Dewanata (Seri Mahabharata 4), Teguh Santosa 1985 Misurind
51. Persemaian Malapetaka (Seri Mahabharata 5), Teguh Santosa 1985 Misurind
52. Gejolak Remaja Hastina (Seri Mahabharata 6), Teguh Santosa 1985 Misurind
53. Bentrokan Membara (Seri Mahabharata 7), Teguh Santosa 1985 Misurind
54. Balai Malapetaka (Seri Mahabharata 8), Teguh Santosa 1985 Misurind
55. Sayembara Putri Pancala (Seri Mahabharata 9), Teguh Santosa 1985 Misurind
56. Berdirinya Indraprastha (Seri Mahabharata 10), Teguh Santosa 1985 Misurind
57. Dewabrata’s Loyalty 1, Herjaka HS 2005 Kanisius
58. Anugerah Dewabrata 2, Herjaka HS 2005 Kanisius
59. Dendam Dewi Gendari 3, Herjaka HS 2005 Kanisius
60. Dosa Pandu Dewanata 4, Herjaka HS 2005 Kanisius
61. Seratus Bayi Tumpuan Dendam 5, Herjaka HS 2005 Kanisius
62. Lahirnya Nakula Sadewa, A. Sulaha 1983 Maranatha
63. Arjuna Lahir, A. Sulaha 1983 Karya Agung
64. Sanghyang Jaya Rantunan, Suherlan 1983 Yayasan Karya Bhakti
65. Goa Begawan (Gambir Saketi), Djoni Andrean 1979 Maranatha
66. Bambang Jati Asmara, A.R.1978 Maranatha
67. Kelana Ambahan, Hasmi 1979 Maranatha
68. Mahabharata (karya Teguh Santosa) 2009 Pluz+
69. Bharatayudha (karya Teguh Santosa) 2009 Pluz+
70. Wayang Purwa (karya S. Ardisoma 1956) 2010 Pluz+
71. Arjuna Sasrabahu (karya S. Ardisoma 1956) 2010 Pluz+
72. Ramayana (karya R.A. Kosasih) 2010 Pluz+
***
Komik R.A. Kosasih (Lawas Lebar)
1. Parikesit jilid1-4, R.A Kosasih 1978 Maranatha
2. Pandawa Seda jilid1-2, R.A Kosasih 1978 Maranatha
3. Rd. Bambang Jaya Supena, R.A Kosasih 1979 Maranatha
4. Arjuna Sasrabahu jilid1-4, R.A Kosasih 1978 Maranatha
5. Wisnu Yudha Krama jilid1-4, R.A Kosasih 1983 Erlina
6. Raja Purwa Carita jilid1-4, R.A Kosasih 1983 Maranatha
7. Prabu Udrayana jilid1-3, R.A Kosasih 1979 Maranatha
8. Pandawa Seda jilid1-2, R.A Kosasih 1978 Maranatha
9. Lahirnya Bomantara, R.A Kosasih 1978 Maranatha
10. Bharatayudha, R.A Kosasih 1983 Ermar Press
***
Komik Oerip (Lawas Lebar)
1. Ulamsari jilid1-3, Oerip 1985 Yayasan Karya Bhakti
2. Palguna Palgunadi jilid1-2, Oerip 1983 Karya Agung
3. Wayang Purwa, Oerip 1978 Yayasan Karya Bhakti
***
Komik Wayang (Lawas Kecil)
1. Brajamusti a-c, Oerip 1976 Maranatha
2. Gatotkaca Murka a-b, Nanag D. 1978 Maranatha
3. Sejarah Pewayangan 1 Sanghyang Manikmaya, Oerip 1976
4. Sejarah Pewayangan 2 Betari Durga (Dewi Uma), Oerip 1976
5. Sejarah Pewayangan 3 Betara Kala, Oerip 1976
6. Sejarah Pewayangan 4 Betari Durga Jatukrami, Oerip 1976
7. Sejarah Pewayangan 5 Tapabharata Dewi Anjani, Oerip 1976
8. Sejarah Pewayangan 6 Prabu Dasamuka, Oerip 1976
9. Sejarah Pewayangan 7 Aji Pancasona, Oerip 1976
10. Dewi Shakuntala, Oerip 1975
11. Saptarengga, Sarwono – Sardjono Maranatha
12. Dunia Pewayangan: Dewi Utari, A. Sulaha Maranatha
13. Suyudana Krama, A. Sulaha 1978 Maranatha
14. Kumbakarna, Sukarnawidjaja Maranatha
15. Prabu Sridenta, Arman – R.A. Kosasih 1975 Maranatha
16. Kangsa Adu Jago, A. Sucaha Maranatha
17. Djabang Tutuka, Oerip
updating….